• Inilah Empat Etika dalam Menuntut Ilmu

    Menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban yang harus diakukan oleh kaum muslim. Banyak sekali dalil yang menunjukkan mengenai keutamaan ilmu, para penuntut ilmu ataupun orang yang mengajarkan ilmu tersebut.

    Hal yang demikian ini dikarenakan ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam. Ilmu sangat berguna bagi kita dalam menjalani kehidupan, tidak hanya untuk urusan dunia ilmu juga berguna untuk menjadi bekal di akhirat kelak.

    Inilah Empat Etika dalam Menuntut Ilmu

    Ternyata di dalam menuntut ilmu ada banyak etika yang harus dipenuhi. Hal tersebut harus dilakukan agar ilmu yang dituntut tersebut dapat bermanfaat dan diridhai oleh Allah. Lalu apa saja etika dalam menuntut ilmu? Berikut empat etika menuntut ilmu menurut Habib Zain bin Ibrahim bin Sumait.

    1. Menyucikan Hati

    Etika pertama yang harus dilakukan dalam menuntut ilmu adalah dengan menyucikan hati. Seorang muslim yang hendak mencari ilmu harus terlebih dahulu menyucikan hati merek dari segala pelanggaran-pelanggaran yang dimurkai oleh Allah SWT.

    Menyucikan hati menjadi langkah awal bagi para pencari ilmu, tanpa terkeculai para guru. Penting bagi kita untuk membersihkan hati dari penyakit-penyakit yang malah menjadi penghalang masuknya ilmu ke dalam sanubaru.

    Imam Nawawi dalam mukaddimhn Syarh Al-Muhadzdzab berkata: Seyogyanya bagi seorang penuntut ilmu menyucikan hatinya dari kotoran-kotoran sehingga ia layak menerima ilmu, menghafal, dan memanfaatkannya.

    Imam Abdullah bin Alwi Al-Haddad memberi perumpaan yang sungguh indah tentang hati yang kotor. Beliau mengatakan, Jika seseorang datang dengan membawa sebuah wadah kotor untuk diisi madu di dalamnya, maka orang yang akan membeli madu tersebut pasti akan berkata, Cucilah terlebih dahulu wadah yang kotor ini, baru kamu isi dengan madu.

    Kata Imam Abdullah, Dalam masalah dunia saja, wadah yang kotor perlu dibersihkan, maka bagaimana dapat rahasia-rahasia ilmu Allah itu justru diletakkan di dalam hati-hati yang dekil?

    Tidaknya itu, pada satu kesempatan, Imam Malik memberi nasihat kepada muridnya Imam Syafi`i. Kala itu, Sang Guru merasa takjub dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Syafi`i. Nasihat tersebut bunyinya, Wahai Muhammad, bertakwalah kepada Allah. Jauhilah maksiat. Sesungguhnya Allah Subhanahu Wataala telah meletakkan cahaya di dalam hatimu maka janganlah kamu padamkan dengan maksiat-maksiat kepada-Nya.

    2. Ikhlas karena Allah

    Etika kedua yang harus dilakukan oleh penuntut ilmu adalah ikhlas karena Allah SWT. Ketika hendak mencari ilmu, maka janganlah mencari ilmu dengan kemuliaan diri yang melekat, melainkan harus ikhlas karena Allah SAW. Dengan modal ikhlas tersebut, akan membuat si pencari ilmu senantiasa berusaha membuat hati gurunya ridha mengangkat dan mengakuinya sebagai murid setia.

    Ketika sedang menuntut ilmu, hendakan si pencari ilmu menanggalkan kebanggaan akan nasab, kedudukan, dan harta yang ia miliki. Hal tersebut harus ia lepaskan secara total demi meraih ilmu lewat para guru dan ulama dengan penuh keikhlasan kepada Allah SWT.

    Suatu hari, Abdullah bin Abbas membawa tali pengikat kendaraan gurunya Ubay bin Ka`ab. Ia tuntun kendaraan gurunya itu. Sang guru bertanya, Ada apa ini, wahai putra Abbas? Dijawab, Demikianlah kami diperintahkan untuk menghormati guru-guru kami. Abdullah tetap memandu jalannya kendaraan sang guru sampai ke tempat tujuan.

    Sufyan bin Uyainah berkata, Saat aku berusia empat tahun, aku telah dapat membaca Al-Qur`an. Saat berusia tujuh tahun, aku telah dapat menulis hadits. Saat berusia lima belas tahun, ayahku berkata kepadaku:

    Wahai anakku, sekarang engkau telah beranjak dewasa. Maka lakukanlah kebaikan niscaya engkau akan termasuk sebagai ahli kebaikan. Ketahuilah, seseorang tidak akan diberi kebahagiaan berkumpul dengan para ulama kecuali orang yang taat kepada mereka. Maka taatilah para ulama, niscaya engkau akan memperoleh kebahagiaan. Berkhidmatlah kepada mereka, pasti engkau akan mendapatkan ilmu mereka.

    Kata Sufyan, Sejak mendengar nasihat ayahku tersebut, aku selalu condong kepada para ulama, tidak berpaling sedikitpun dari mereka.

    3. Mengambil Manfaat dimana Saja Berada

    Etika selanjutnya yang harus dilakukan dalam menuntut ilmu adalah mengambil manfaat di mana saja berada. Artinya, pencari ilmu harus jeli melihat, mengamati, dan meraih manfaat dari tiap jengkal langkah kehidupannya. Ia akan menjalani hidupnya akan selalu di isi dengan kemanfaatan bukan malah kesia-siaan.

    Abu Al-Bakhtary berkata: Duduk bersama suatu kaum yang lebih mempunyai ilmu daripada saya, lebih saya sukai tinimbang bersama kaum yang derajat ilmunya di bawah diriku Mengapa? Jawabnya, Karena, jika aku duduk bersama kaum yang derajat pengetahuannya di bawahku, aku tidak bisa mengambil manfaat. Namun jika aku duduk bersama orang-orang yang lebih berilmu dari diri saya ini, aku bisa mengambil manfaat sebanyak-banyaknya.

    4. Bersikap Sederhana


    Etika mencari ilmu yang terakhir adalah bersikap sederhana. Seperti halnya makan dan minuman, menuntut ilmu memang bisa dilakukan oleh siapa saja, akan tetapi yang tetap harus diperhatikan adalaj harus diiringi dengan kesederhanaan dalam artian tidak berlebih-lebihan.

    Bahkan, seorang ulama bernama Sahnun berkata: Ilmu tidak akan diperoleh bagi orang yang makan hingga kekenyangan.

    Dalam wasiat penuh hikmah dari Lukman Al-Hakim kepada putranya, ia berkata: Wahai anakku, jika perut telah terisi penuh pikiran akan tertidur, hikmah akan berhenti mengalir, dan badan akan lumpuh dari beribadah.

    Imam Syafi`i berkata, Aku tidak pernah merasa kenyang sejak enam belas tahun silam. Karena kekenyangan itu membebani badan, mengeraskan hati, menghilangkan kecerdasan, membuat kantuk, dan melemahkan orang tersebut dari beribadah.

    Demikianlah informasi mengenai empat etika dalam menuntut ilmu. Hendaknya sebagai manusia yang diberikan karunia berupa  akan dan pikiran oleh Allah SWT, senantiasa menuntut ilmu sebanyak-banyaknya. Akan tetapi hal yang harus dilakukan adalah memperhatikan etika dalam menuntut ilmu tersebut akan ilmu yang dicari menjadi berkah untuk kehidupan.
    Previous
    Next Post »
    Terima kasih sudah berkomentar